Cerita Es Krim dan Donat
Perbedaan itu indah. Hal ini setidaknya terungkap dari acara Teater berjudul 2 Penggerutu karya Putut EA dengan sutradara Galih Bagus Perdana. Teater yang diadakan oleh komunitas Teater Lugu dari Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS) di Teater Arena TBS (Taman Budaya Surakarta), Selasa (3/6).
Ratusan pengunjung memadati ruangan dalam Teater Arena, penonton yang datang tidak hanya dari UMS saja, namun juga beberapa mahasiswa yang tergabung dalam komunitas teater UNS, seniman bahkan masyarakat luar. Tepuk tangan diberikan oleh pengunjung terutama saat mereka menemukan adegan yang menurut mereka menarik.
Sutradara teater, Galih Bagus Perdana menuturkan pada Joglosemar bahwa sebenarnya 2 Penggerutu ini dipertunjukkan oleh komunitas Teater Lugu UMS.
Dalam teater ini nampaknya Galih ingin menyampaikan bahwa suatu perbedaan ini ternyata indah, maka seharusnya segala bentuk perbedaan disikapi dengan cara saling menghargai bukan dengan perpecahan. “Perbedaan menimbulkan variasi dan keanekaragaman bukannya perpecahan. Itulah yang ingin saya sampaikan dalam bentuk teater dengan harapan bisa memberikan inspirasi bagi semua orang,” tutur Galih.
Ketidakpuasan
Diceritakan, ada dua tokoh dalam pementasan teater ini yaitu Karim sebagai seorang penggelandang dan Nawal seorang pengusaha sukses, masing-masing dari mereka selalu menampakkan ketidakpuasan dan selalu mengeluhkan tentang segala yang kurang dalam dirinya.
Tokoh Nawal mengeluhkan mengenai kemalangannya dalam urusan cinta. Sedangkan Karim sebaliknya, ia selalu merasa tidak mujur dalam urusan materi. Namun anehnya dengan perbedaan yang mereka punyai rasa saling iri muncul dari diri mereka berdua.
Keduanya saling bertengkar dan mencerca. Pada akhirnya perbedaan ini dapat disatukan serta sifat saling iri dapat ditepis hanya karena ide sederhana yang muncul yaitu dari sebuah cerita humor yaitu es krim dan donat.
Dari kekonyolan dalam mempertanyakan “Kenapa kau suka donat?” dan ‘Kenapa kau suka es krim?” akhirnya membuat mereka tertawa terbahak-bahak seakan lupa bahwa sebelumnya mereka selalu saling mencerca. Setelah sama-sama saling menertawakan kebodohan mereka sendiri, akhirnya mereka sadar akan indahnya perbedaan itu.
Keinginan sutradara muda dalam menggarap teater dengan judul 2 Penggerutu ini muncul dilatarbelakangi oleh lingkungan sosial yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari ketika segala perbedaan entah itu kecil maupun besar selalu membuat kondisi yang tidak baik.
Galih mengakui bahwa pementasan ini baru pertama kalinya ia lakukan. “Terus terang ini merupakan pengalaman menjadi sutradara untuk pertama kalinya bagi saya, seperti terlihat, penontonnya banyak dan termasuk berhasil,” ucapnya.
Ia adalah sutradara muda yang termasuk dalam komunitas Teater Lugu UMS. (aje)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar